Sabtu, 08 Mei 2010

Katanya sih sempu


Ini tentang cerita 2 tahun lalu. Saat remaja masih ada dan dewasa sampai dimana. Perjalanan adalah sesuatu yang kusuka, sebenarnya hanya sebuah petualangan. Tanpa harus naik sepeda motor sendirian atau kendaraan milik pribadi. Karena bagiku jika kita pergi dengan cara tersebut, lalu apa bedanya dengan touring? Terserah, ini hanyalah sebuah pendapat.


Aku sendiri agak lupa tentang ceritanya, tapi akupun tak mengerti kenapa ada keinginan untuk menuliskan. Kupikir aku tidak ingin mati tanpa membagi sebuah cerita.

Malam yang indah, saat kami mulai membicarakan sebuah rencana. Entah rencana bodoh atau tentang sebuah harapan petualangan yang keren. Saat itu aku dan manteman berencana pergi ke sempu, ujung jawa timur yang konon berseberangan dengan samudra hindia. Aku tidak mengerti letak pasti geografisnya karena kalian bisa saja cari di peta atau google. Aku hanya membagi sebuah pengalaman karena terkadang hujan belum tentu mendamaikan.

Lewat debat kusir yang heboh dan sebuah argumen. Akhirnya diputuskan kita akan pergi ke segoro anakan di pulau Sempu propinsi Jawa timur. Yup, terdengar keren atau tentang sebuah pendapat dari debat bahwa pantai itu tidak bakal hujan. Yang benar saja, kami belum tahu atau kami yang terlalu bodoh. Padahal kita sadar ini Desember.


Pati di malam hari, Aku masih ingat aku pulang di jawa tengah. Dan kami janjian untuk bertemu di Malang. Lumayan jauh. Perjalanan 8jam dari pati sampai ke malang. Pukul 4.30 pagi aku sampai disana. Hawa dingin malang sudah akrab dan aku mampir untuk menunggu manteman dari Surabaya. Saat itu jam 11.00 mereka sudah datang dan cuaca hujan. Kami pun sudah siap berangkat. Sekitar 4 jam perjalanan. Tapi karena mampir sana-sini dan negoisasi harga kapal untuk menyebrang juga Kami baru ingat adzan maghrib kita baru masuk hutan.


Untuk sekedar tahu, bahwa segoro anakan adalah sebuah pantai yang ada di dalam pulau dan tercipta karena adanya sebuah karang yang bolong. Dimana ombak samudra masuk melalui pantai tersebut dan mencipta sebuah pantai kecil yang indah dikelilingi karang yang besar. Kayak film the beach gitu lah. Mungkin sdikit lebay juga.


Kita hanya membawa 2 senter, padahal semua berjumlah 10. Lumayan banyak dan sedikit gelap. Inilah sesuatu yang gila dmana kita semua belum pernah ada yang kesana dan sebuah penyesalan tertinggi. Ternyata pantai bisa hujan bahkan badai. 7 jam kami belum menemukan pantai dan 7 jam penuh cerita. Aku benar-benar merasa bahwa Tuhan begitu besar dan Kasur begitu enak walaupun Tidak empuk lagi. Bagaimana tidak, dengan kondisi tidur dengan baju basah dan alas tanah becek kita terhenti di jalan yang sempit. Pandangan depan adalah laut dan aku tidak tahu berapa kedalamannya.

Di malam yang dingin dan puncak rasa lelah kami putuskan beristirahat. Iya, kita tidur di jalan setapak. Jalan becek dan hujan badai yang begitu deras. Pikiran sudah kemana mana, Dan merasakan mati ada di dekat kita. Bagaimana tidak, lawong kita melihat badai di atas laut yang menari begitu perkasa. Badai yang membuat riak air semakin besar. Kamit takut dan aku menjawab iya.


Begitu beberapa lama, sampai aku benar-benar merasa waktu begitu lambat. Sampai aku benar-benar menanti cahaya mentari hadir besok di pagi hari. Tapi ternyata salah, badai memang agak berkurang. Tapi matahari tidak pernah hadir. Masih tetap sama. Hujan..


Kabar baiknya langit mulai terang dan kami bisa melihat laut depan kita ternyata agak dangkal. Dan sebelah sana adalah pantai. Luar biasa indahnya walau hujan masih menyapa. Terasa tak percuma hadir disini, walau waktu begitu menyusahkan.

Kami sepakat untuk istirahat di situ.Memasak dan makan mie. Begitu nikmatnya. Sampai ada manteman pecinta alam lain datang dan memberitahu kami. “ mas, mau nginep sini ta?, sebaiknya jangan mas, soale ini masih hujan. 2 hari ini juga badai terus seperti ini”. Kami pun mulai berpikir dan dengan sebuah pertimbangan akhirnya kami pun pulang. Walau dalam hati. Apa-apain ini. Dengan perjalan yang lama kita hanya menikmati alam sebentar saja. Tapi apa mau dikata ini hidup harus berjalan dan ini sebuha pilihan.


Perjalanan pulang

Ternyata jalan pulang tidaklah semulus apa yang kita pikirkan. Sisa hujan badai semalam membuat banjir sekitaran hutan yang menuju arah pulang. Bahkan saat kita pulang ada teman kita yang pendek sampai berenang untuk melewati daerah tersebut. Tidak lebay, karena ini desember kawan.

Perjalanan pulang lebih cepat, karena terang membatu kita dan hujan hanya datang rintik saja. Alhamdulilah, kita sampai di kapal yang di jemput pak kardi. Mungkin beliau tahu bahwa kita akan pulang. Bagaimana tidak hujan badai semalam membuat beliau khawatir.

Sial atau uji kesabaran aku tidak tahu. Tapi pemberitahuan bahwa kita tidak bisa pulang besok mulai terdengar. Longsornya jalan utama jado penyebabnya. Dan mau apa lagi?. Kita hanya menanti, menikmati hari dengan pelajaran.


“inilah hidup, terkadang apa yang kita pikirkan tidak sesuai kenyataan. Lalu mau apa, hidup harus tetap berjalan dan mengeluh bukan jawaban”

Salam rimba dan anak pantai



 

Best view with Mozilla Firefox