Minggu, 31 Januari 2010

Dunia


Tuhan, aku ingin bertanya padamu. Tentang iman yang diceritakan orang-orang bijak terdahulu. Bercerita soal sakitnya surga dan indahnya neraka. Tuhan, bolehkah aku bertanya padamu?. Kenapa harus cinta yang menyapa, dan sebagian tubuh ingin berbahasa. Apakah aku berdosa?
Dua orang itu tak pernah memaksa, berpendapat pun mungkin mereka tak berani. Baginya kaulah yang terbaik. Kaulah yang Maha. Satu dalam banyaknya cipta dan tak terbagi sampai nanti. Darimana aku berasal dan di bumi sapa aku berpijak mereka suruh aku berpikir. Tidak, mereka tidak Cuma suruh aku berpikr saja dan aku hampir lupa. Mereka juga suruh aku meninjau, Bahwa masyarakat akan memandang kita dengan sebutan apa. Ini timur katanya.
Kurasa aku bukan dewa sempurna. Sepercik kecil ketidak sempurnaanlah namaku. Berparas dosa dan mengidap tawa. Aku mencintaimu Tuhan dan mencintainya. Apakah aku boleh berbahasa?

Kamis, 28 Januari 2010

APA SAJA ASAL KAU SUKA


BAHAGIA…

Menatap lembut harimu pagi ini. Seakan kita telah menjalani kehidupan bersama. Dimana hitam tidak selalu berdampingan dengan kegelapan dan terang tak selalu menemani putih. Kita manusia biasa yang mencari bahagia. Membutuhkan sosok tawa dalam hari-hari penuh misteri. Ini hanya tentang waktu.

Tuhan yang terlalu baik memberi umur sampai sekarang. Tuhan yang begitu bijaknya memilihkan apa keinginan yang lebih pantas untukku daripada doa-doa kecil yang tidak pernah tahu kemana mereka akan berhenti. Aku sendiri bingung, adakah batasan nafsu dan keinginan yang tak pernah habis. Sampai kukuatkan hatiku untuk tetap menjalani jalan yang semakin sadar semakin menjauhkan aku dariMU.

Banyak tawa yang kau berikan banyak keinginan yang kau wujudkan. Tapi aku tetap sama, Hanya bersadarkan bahwa engkau maha baik dan maha bijak. Hanya sebatas berpikir. Tanpa pernah sadar aku semakin berlari dari yang disebut ajaran.

Apakah aku manusia. Yang dari awal kau ciptakan tak akan pernah menjadi sempurna. Yang dari awal kau takdirkan akan tergoda oleh harta, tahta dan wanita. Lalu kenapa engkau berikan?

Apakah agar kami sadar itu akan menjadi kekuatan asal kami semakin cepat menyadarinya. Tuhanku yang maha bijak. Alam yang tunduk padamu dan kami yang hanya buih kecil dalam samudra kebesaranmu. Ijinkan aku berlari sejenak, untuk kembali dalam jalan kebesaranmu. Jalan indah yang tak pernah habis akan usia. Jalan yang tak pernah hilang oleh alam. Ini tentang kita saja….

Jelas engkau yang lebih tahu……

Jumat, 22 Januari 2010

Januari


Kutatap dunia ini sambil berlari. Saat bersamamu bagai embun yang tak pernah mati. Sejalan dan sepahamkah kita. Aku mencoba peduli. Kawan, bukan aku ingin menyusahkan. Atau bagaimana keadaan yang sedih akan kutambahkan lagi dengan kecewa. Tapi aku hanya ingin membagi. Sedikit derita mereka dalam balutan megahnya duniamu.
Sungguh, ini sangat luar biasa. Partikel cahaya yang tertanama dalam benak pikir. Bahwa hidup tetaplah hidup, dan Uang juga segala tentangnya sedang mengancam kita. Apa guna kita mengendalikan jika ternyata realitas takdir lebih berkuasa. Tuhankah?
Mungkin disana lebih banyak keringat yang bercucuran bagai air terjun. Sedang harga kerja kerasnya tak sebanding dengan segala yang di dapat. Tapi di sisi lain mereka berencana, mereka bekerja dan mendapat lebih dari sekedar yang diinginkan tanpa membuat pusaran air lebih keras dan banyak seperti air terjun.
Ku hanya ingin mencoba mendengarkan apa yang dikatakan mereka. Terkadang aku merasa berdosa. Dari 3 bulan pagi yang kulewati mungkin aku hanya melengkapinya dengan lari pagi sekali. Lainya, Jangan Tanya. Bukankah pukul 4, 5 , 6 adalah waktu yang terlewatkan karena engkau sedang memulai tidur malammu. Lalu malammu kamu sedang apa ?
Sepeda tua yang renta itu ditahannya dengan tangan kiri. Mencoba mengangkat satu karung berisi botol bekas. Walau tanganya tak kekar, tapi dia tetap kuat mengangkatnya di sedel sepeda. Tergerakkah dia menolong?. Iya laki-laki kecil itu menghampiri. “ Kulo cepengake( pegangkan) bu ?”, sambil berkata dia langsung memegang karung berisi botol bekas itu. Lalu ibu itu malah berkata “ Arek sekolah masuk sampai kapan nak?”. “Akhir januari bu menawi”. Sang ibu menimpali, “ Ngene iki lo nak, beras larang, minyak larang. Padahal ibu oleh duit soko kono, Suwun yo le”. Tanpa berkata beliau berlari dan laki-laki itu melamun.
Kubelajar membacanya. Pikiran hatinya. Barangkali disana ada jurang perasaan yang dalam untuk semua. Jutaan manusia di dunia masih berada dalam batas seperti itu. Merekalah rantai kehidupan dalam suatu system. Jika kecil seorang guru mengajarkan bagaimana hewan mempunyai rantai makanan. Kukira manusia juga sama. Banyak ular sawah akan mati jika kodok hijau mulai juga dikomsumsi manusia. Mereka direbutkan 2 pihak dan tentu saja populasi kodok mulai hilang dengan berkurangnya sawah yang berganti dengan bangunan. Maka jangan salah jika ular turun ke jalan atau binatang harimau masuk desa. Bukankah seperti itu?
Manusia selalu bergantung pada manusia lain karena ia disebut makhluk sosial. Guruku berkata seperti itu dan sekarang kenapa aku tidak membantah bahwa manusia itu domino. Dia terkena efeknya dari semua kartu yang dimainkan orang lain. Ah, mungkin saja hanya sebagian manusia.
Mereka membeli makan dan minum di kampus—mereka memberi makan pedagang di kampus—mereka membuang botol kosong di sampah—mereka mengambilnya—mereka menjualnya—Mereka mendaur ulangnya—dan mereka?

Kamis, 07 Januari 2010

Buat ranie



“selamat pagi”, hal yang ingin selalu kuucapkan kepadamu. Mantra sakti hidupku saat aku mulai mengenal kehadiranmu. Tak terencana, tapi aku mengaggumi prosesnya. Bukan cantik bidadari atau lembut damai pagi. Tapi sebongkah berkah yang ingin selalu tinggal di hati. Kau tahu kenapa aku menuliskanmu disini, menetapkan namamu dalam pujaan, melafakan doa bahagiamu sampai mati. Akankah kau ingin tahu….

Akhir-akhir ini bukan aku mulai berbeda. Bukan aku tak mau memahami bahasa bahagiamu, atau mungkin cerita kecewamu. Atau jangan-jangan engkau berpikir bahwa aku sudah bukan yang dulu. Bukan laki-laki yang selalu rajin mengucapkan selamat pagi atau sekedar pengantar mimpimu kala senja. Hey, bukan itu….cobalah memahami.

Aku sendiri tidak pernah tahu pasti kata bahagia. Yang kutahu jika ada damai mungkin bahagia juga berada di sana. Tapi sejak batas akhir pendidikan benar-benar berhenti aku mulai merasa. Memang bukan salahku atau salahmu kenapa kita harus bertemu disini. Apalagi jika meneriakkan kata tidak adil pada masa lalu. Kenapa aku tidak niat kuliah dulu, kenapa aku sering bolos, pergi kemana saja. Tapi bagaimanapun semua berawal dari situ bukan?

Iya aku akan terlambat lulus. Jauh memang jaraknya dari keberhasilanmu dan aku pasti mendoakannya. Terkadang aku memang tak sanggup, kenapa masa lalu tak bisa disalahkan. Mungkin saja kita manusia diberi hak untuk memotong nadi waktu. Agar aku bisa memulainya…meniti awal kembali. Atau sukur-sukur menjadi lebih baik. Ah, aku hanya bercanda.

Masihkah kau ingat pagi itu. Saat matahari terbit di mata kita. Seakan kata sepakat terekam dalam pikiranmu dan pikiranku. Bahwa aku dengan bangga membual bahwa hubungan kitalah harapan itu, sepeti sunrise yang menetap dalam pikiran kita. A k u s e r i u s.

Aku benar dan aku sedang yakin. Dan kuharap kamu juga bahagia. Sekarang aku tak perlu ziarah kebahagiaan dengan memori kita. Tapi aku hanya ingin nitip doa buat Tuhanmu. Bahwa suatu saat jika engkau berganti status. Maka carilah yang terbaik, walau bukan namaku atau sosokku tak apalah. Asal kamu bahagia, walau bagiku apa itu bahagia mungkin aku tidak tahu. Atau semacam damai yang meyeruak di dirimu, mungkin saja itu bahagia^^

Minggu, 03 Januari 2010

Sang pemimpi

Teriakkan semangatmu pagi ini. Saya kamu dan kita masih dalam arus kehidupan yang sama. Menentukan batas realitas itu sendiri. Melanjutkan kenyataan adalah kebenaran, dan kebahagiaan akan selalu bersama kesusahan. Jika aku mulai bergetar dan merasakan kemalasan, maka janganlah engkau menirunya. Andai kamu sadar penundaan tak lebih dari sebuah kesiaan. karena kamu dan kalian tidak pernah merasakan denyut nadi yang sama denganku. Aku hidup, Dimana aku selalu bahagia dengan apa yang disebut spasi, apa yang disebut tanda koma. Bagiku waktu akan terus bergulir tanpa memakan sisa-sisa harapanmu di setiap pagi. Mungkin kamu akan menyesal sepertiku jika kamu mengikutinya. Bahwa tiba-tiba saat terbangun kau menyadari nyawamu mulai menghilang. Tiba-tiba saat kamu mulai bergelut dengan mimpi kamu mengerti bahwa pagi tak lagi dapat kaurasa.





Mati.....



Tidakkah saat kau merasa itu hanyalah sebuah batas, mungkin juga sebuah lonceng pengingat sebelum kamu berlari terlalu jauh. Investasi masa depan dalam buih-buih masa lalu. Percayalah 5 perkara sebelum 5 perkara.
  • Sehat sebelum sakit
  • Hidup sebelum mati
  • kaya sebelum miskin
  • Lapang sebelum sempit
  • kaya sebelu miskin


Mari berteriak.................





Jumat, 01 Januari 2010

"lagu tahunan ( catatan akhir tahun ) "


Buang jauh mimpi malam, karena hujan melarutkan jiwa yang sedang berduka. Percayalah, kini aku sedang yakin. Bahwa hidupku sedang dilewati, tidak duka tidak tawa dan bukan canda. Hidupku sedang dijalani, bukan dosa bukan pahala tidak untuk neraka. Hanya 1 langkah, butuh 1 harap, 1 mimpi dan sebongkah doa....


" selamat tahun baru "
 

Best view with Mozilla Firefox