Jumat, 24 Juli 2009

Mengenang damai


Untuk nada pagi yang kau sisipkan dalam harapan.


Entah kenapa aku memaksakan pikiranmu harus sama dengan pikiranku. Hatimu sebagian dari hatiku, dan sifatmu menjadi satu dengan kepribadianku. Berharap kita adalah bintang jatuh itu, yang selalu menjatuhkan sebuah harapan demi mengejar cita. Masih ingat bukan? Saat hari pertama kita datang dalam sebuah keajaiban. Bagaimana sang waktu yang bekerja sama dengan jarak untuk mengelabui kita. Bagaimana aku terbaring lemah tanpa daya walau sekedar berjalan keluar. Iya..Kebetulan aku sedang sakit. Kebetulan aku tidak dapat masuk sekolah. Kebetulan ada dirimu. Kebetulan ada sebuah pertemanan. Kebetulan ada pendaftaraan Kuliah negeri. Kebetulan aku di terima. Dan segala kebetulan bernama kodrat.

Hingga aku berada disini. Ladang ilmu yang seharusnya dapat kupetik. Tentang apa penamaan dari sebuah cita-cita yang beriringan dengan proses. Apa itu sebuah pertemanan yang membingungkan apakah bernama kesuksesan atau menjatuhkan. Aku terlalu lama disini, sampai tersadar aku tidur terlalu lama atau bangun terlalu lama.

Hingga suatu kehilangan mengingatkan aku. Bahwa kehidupan tak pernah ada tanpa kita mensyukurinya. Tentang rasa syukurku yang dari lama tak pernah tergugah. Rasa nikmat yang disajikan dalam paket kesehatan, ketenangan, rasa memiliki, kemampuan dan sejuta lebih rasa yang tak pernah tergambar. Aku lama menyiakan.

Bagaimana kita mencipta dosa lebih dari semua kemudahan. Sepuluh menit bersujud selalu lama dibanding dua jam bergejolak dengan nafsu. Satu ayat akan tetap sulit dibanding air damai. Percayalah hingga hidupmu yang tak berguna akan memaksakan jasad dan jiwamu bergejolak. Aku ingin hidup normal. Dalam damaimu setiap pagi. Dalam serpih nafas kebesaranMU. Setidaknya aku belajar untuk memulai dari awal. Menjemput damaiku sendiri.



Sabtu, 18 Juli 2009

"Arahan kerja para teroris"


Jumat 17 Juli kemarin bangsa kita diberi kado istimewa dari para teroris. Sebuah bom yang meledak pada hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Mungkin itu bukan pertama kalinya bagi kita, tapi tersadar dari itu semua bom tersebut merupakan bom yang sangat disesalkan banyak pihak terutama penulis gendeng dalam blog ini. Bagaimana tidak, padahal tanggal 20 Juli besok tim besar sekelas manchaster united akan menjajal rumput stadion gelora Bung Karno melawan PSSI selection. Even yang sangat jarang ditemui dalam kurun 34 tahun lebih.

Banyak penilaian yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Tentang bagaimana keluh para pembeli tiket atau tentang kesah bagi panitia lomba yang jelas-jelas merugi besar. Bayangkan saja berapa banyak warga pribumi yang antusias terhadap kedatangan mereka. Dan berapa banyak rupiah yang dinanti dalam pertandingan tersebut. Tapi apapun itu yang dapat dibicarakan tak pernah berhenti. Sekarang yang kita butuhkan cuma pemikiran, tentang kemungkinan apa yang membuat mereka begitu baik hati memberikan surprise kepada bangsa Indonesia.

Versi almarhum damai
Tiap apapun yang dilakukan dengan cinta pasti hasilnya sangat luar biasa. mungkin itu dasar pertama dalam keteguhan hati mereka. Cinta uang, agama, keluarga mungkin salah satu faktornya. Coba saja dipikir, kalo mungkin saja saat kecil mereka di didik untuk cinta Tuhan pasti mereka akan melakukan apa saja demi zat yang dicintainya. Dengan mati pun tidak jadi penghalang. Karena bagi mereka jasad dan jiwa tidaklah penting selain membahgiakan apa yang mereka cintai. Karena jihad sama dengan surga.

Cinta uang : Bagaimana bisa cinta uang, la wong motif pengeboman itu adalah bom bunuh diri. Kan mereka gag bisa menikmati hasilnya. Ya iyalah tapi dia kan punya keluarga, pacar, sahabat nenek, kakek atau mungkin pondok pesantren. Jadi paling tidak itu semua dapat dihidupi dengan uang. So sweet banget mati demi mereka.

Sudahlah, semua telah terjadi. Mari tarik nafas dalam- dalam untuk berdoa. Semoga yang ditinggal diberi ketabahan dan yang pergi diterima di sisinya. Next, semoga antisipasi lebih baik dari sekarang. GARUDA PANCASILA

"mungkin teman- teman punya opini yang lebih daripada tulisan tak bermartabat ini, apapun itu mari berbagi"

Minggu, 12 Juli 2009

Damn _ ai

Jangan kau tanyakan aku harus memulainya darimana. Apalagi jika kau tanyakan dari angka satu sampai sejuta, dari nomor berapa aku haru memulai. Aku benar - benar tidak tahu.
Saat ini yang kubutuhkan cuma berdamai dengan gelisah. Mengurangi keresahan yang semakin hari bisa membuat aku menjadi gila. Aku mengerti kita pernah salah, melakukan bait yang seharusnya tak boleh ditulis. Menjadikannya semacam cerita yang membawa dalam keburukan. Dan aku telah mengakuinya. Tapi bisakah aku minta tolong, paling tidak lepaskan ini semua. Nyata mimpi yang buruk, atau hadirnya kelam yang ingin berbagi.

Kumohon......., dengan apa lagi aku harus minta maaf. Palingkan sejenak kata resah itu sendiri dalam hidupku. Senyatanya aku ingin tidur sebentar. Bangun kala senja dengan damai. Atau paling tidak nafasku tidak diburu dengan cemas.


"jangan terjadi"


Kamis, 02 Juli 2009

Melihat lebih dalam


"sekutip cerita tentang manusia"

Pernahkah kita memandang sebait kehidupan dari sebuah tampilan. Bagaimana cara manusia berpakaian, bagaimana mereka bicara, kendaraan apa yang jadi tumpangannya dan handphone apa yang digenggamnya. Setelah itu kamu berkomentar, dan apa yang kau katakan dalam hatimu.

Malam ini aku belajar dari beliau. Kesederhanaan hidup yang dia tawarkan dalam laju bus kelas ekonomi dalam perjalanannku.


almarhum : "mau kemana bapak?"
Bpk : "nie mau ke kudus dek, Adek dari pati ya."

Alamarhum: "iya pak, mau nemeni ibu di demak"
Bpk :"ooo, masih kuliah ta?"

Almarhum : "kebetulan iya pak,"
bpk : "dimana dek?"

Almarhum: " di ITS pak"
Bpk : "saya dulu alumni ITB"

Almarhum : "oiya ta pak,?" (dalam hati agak heran, jangan2 boong)
bpk : "bener kok de saya angkatan.." (agak lupa karena biz ekonomi bising banget)
Almarhum : " loh trus ke Pati dalam rangka apa pak?"

Bpk : beliau cuma tersenyum dan berkata bahwa dia pergi ketemannya.
Almarhum : "Sebenarnya saya dulu pengen banget ke ITB pak, tapi gag keterima"

Bpk : "Iya, memang tiap orang kan punya rejeki sendiri-sendiri tinggal bagaimana kita
memandangnya."
Almarhum : "hmm, mungkin bapak. Tapi terkadang memang kita masih sulit menerima
keadaan."

Bpk :"Itu mungkin cuma soal waktu aja, nanti kita kalo sudah temukan yang terbaik
kita pasti percaya bahwa tuhan selalu punya rencana yang istimewa. Oiya dek,
anak saya yang pertama juga menikah dengan anak ITS kok."
Almarhum :" Iya ta pak, memang anak bapak kuliah dimana?"

Bpk :"anak saya udah lulus kok, dulu kuliah kedokteran di Trisakti"
Almarhum :"loh, kalau boleh tahu bapak itu asli mana?"

Bpk : "Saya asli tegal dek, tapi punya gubuk di Jakarta ma di Malang , kalo Malang di
daerah Dinoyo"
Almarhum : "oh, berarti deket Unibraw ya'
Bpk : "iya, kemarin saya juga lama di SBY kok'

Almarhum :" mank ada apa pak."
Bpk :"kebetulan saya dapat proyek untuk pembuatan jembatan suramadu pada sisi Sura
baya"


Pembicaraan lebih berlangsung pada soal Suramadu, sampai bus mau berhenti pada tempat tujuan beliau

Bpk : "saya turun sini ya dek"
Almrhum : " iya bapak"
Bpk :"kapan kapan kalo ke malang mampir ke gubuk saya ya"
Almarhum:" Insyaallah..."


Ada bagian dari kata yang hilang, tapi dari sebagian aku mendapati semua. Bahwa apa yang kita pandang belum tentu sama dengan apa yang terpikir. Apa yang kita miliki tak pantas disombongkan, karena bagiku kita buih bodoh dalam samudra kepintaran.

Lalu apa yang anda pikirkan seandainya anda benar-benar merasa memiliki segalanya sedang orang lain punya lebih dari yang kamu banggakan?


_selalu bahagia_



 

Best view with Mozilla Firefox