Rabu, 11 November 2009

Dicari kelaparan




Mencari detak nada kebahagiaan dalam lajur makanan. Setidaknya jika engkau berkenan membacanya dan meninggalkan sebagian cerita tentang kata tidak suka dan benci. Ku tak butuh apa-apa tapi jiwa menginginkannya. Ku seharusnya tahu apa yang lebih dibutuhkan daripada sekedar merahasiakan. Tapi apa daya lajur kesenangan selalu mengalahkan apa yang dinamakan kewajiban. Padahal selalu jelas bahwa kesenangan belum tentu memberikan kebenaran dan kewajiban menceritakan tentang keberadaan. Bagaimana cerita pemuda lebih percaya pada nafsu daripada iman. Saya tegaskan, disini bukan ajang beradu ilmu agama atau filsafat Tuhan dan ayat-ayatnya. Karena setiap manusia mempercayaiNYa dengan cara mereka sendiri-sendiri. Disini adalah minoritas pemuda dari mayoritas kaum kebenaran. Karena dia berbeda maka kalian boleh saja menjahuinya.

Seharusnya dari kecil dia sudah diberitahu berkali-kali. Pada saat masih bersekolah pun dia semakin sadar dari penamaan ilmu pengetahuan. Bahwa perbedaan kebutuhan primer dengan sekunder sudahlah sangat jelas. Antara kebutuhan makan dengan keberadaan barang ditangan seharusnya lebih penting makan. Bagaimana tidak, hanya karena sebuah keinginan sampai dia merelakan keinginan apa yang dibutuhkan di perut terlewatkan. Bagaimana tidak jika ruang kebahagiaan terselip dari kata kecukupan. Lalu bagaimana lagi jika rasa sakit mengoyak jala kesehatan mereka.

Semua telah terjadi dan akan terus menanti. Paling tidak jika sang waktu mau bercerita pada keberuntungan agar mau menyapanya sedikit nanti. Lupakan saja dan mari teriakkan dalam hatimu

“ Jangan takut lapar”

111109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Best view with Mozilla Firefox